By: Farham Rahmat
Detik beranjak, hari Minggu 31 Maret 2019 pondok pesantren Khatamun Nabiyyin melantik secara resmi pengurus organisasi Pemuda Nusantara Ilmiah (PENSIL) dan Ikatan Mahasiswi Cahaya Qur’ani (ISYQI), tepat jam 07:30 pagi, di pelataran Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Utama Kalibata Jakarta selatan.
Pelantikan berbingkai upacara lapangan, layaknya upacara bendera setiap 17 agustus. Merupakan lanjutan dari perjalanan panjang musyawarah besar PENSIL-ISYQI. Dimulai senin 25 maret berujung jum’at sore 28 maret 2019. Dengan lika-liku perdebatan MUBES saling adu argument, untuk hasil laporan pertanggungjawaban yang lebih baik, serta rancangan program periode selanjutnya.
Pelantikan di bawah sang saka merah putih, pemandu upacara Husein Karbala lantang membaca susunan acara. Seperti biasa menyiapkan barisan oleh pemimpin upacara Ali Ridho, penghormatan kepada sang merah putih, juga kepada pembina upacara. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Gugur Bunga dan mengheningkan cipta dipandu oleh dirjen Adyaksa Goma. Selanjutnya pembacaan surat keputusan pelantikan dan orasi dari pimpinan pondok pesantren Ustadz Akbar Saleh. Disertai dengan pembacaan do’a sebagai penutup.
Namun, yang menarik dalam susunan acara itu, ketika ketua terpilih PENSIL Muh. Oni Taufiq Al-hakim dianugerahi kehormatan sebuah tongkat kepemimpinan, setelah pembacaan sumpah oleh pimpinan pondok. Spontan terlihat seperti pemimpin revolusi Soekarno yang juga punya tongkat kebesaran. Begitupun ketua terpilih ISYQI Sukainah As-Segaf dianugerahi sebuah mahkota kepemimpinan dan tampil layaknya seperti ratu.
Upacara berjalan hikmat, dihadiri oleh Asatidz Asatidzah serta santri mahasantri dari berbagai lapisan marhalah. Disaksikan beberapa pemandu taman. Nuansa kebangsaan membuana dibawah terik, santri tahu pasti, ada 1004 pahlawan nasional terbaring diatas gundukan tanah persegi panjang. Santri berjiwa Nasionalis setelah penutupan upacara, bergegas dan berlomba ziarah makam pahlawan, dipandu oleh petugas taman.
Sebelum memasuki area pemakaman, di depan gerbang para santri berdo’a dan memberi hormat kepada arwah pahlawan yang telah gugur. Semua santri serentak menempelkan tangan kanan diatas pelipis kanan, dan agak miring ke samping. Setelah itu di bawah pemandu, santri berziarah dari makam ke makam yang lain.
Meskipun pemandu hanya menjelaskan dan mengarahkan ke beberapa tokoh revolusi terkenal, seperti Sutan Syahrir, Adam Malik, Agussalim dan Ali Sostroamidjojo. Beberapa Santri tetap kelihatan berziarah secara individu, sesuai pahlawan yang diketahuinya. Ada yang menziarahi makam Ibu Hasri Ainun Habibie, Prof. Baharuddin Lopa, Djoeanda Kartawidjaya, Ali Alatas, jenderal TNI Abdul Haris Nasution, A.A. Maramis sampai AM. Fatwa. Bahkan ada santri yang menziarahi makam pahlawan sesuai dengan namanya sendiri.
Keluar dari pemakaman, santri melihat beberapa daftar nama pahlawan yang tertera jelas di dinding tugu makam pahlawan. Terlihat juga beberapa santri sedang asyik berpose dan selfi berlatar makam dan tugu taman. Pembacaan akhir do’a dan photo bersama, menandakan rangkaian upacara pelantikan dan ziarah kebangsaan para santri sudah selesai.
Kalibata, 31 Maret 2019
Semangat terus anak bangsa, raihlah cita-cita bangsa. Berjuang, berjuang, dan berjuang